Rabu, 03 Juni 2009

Mengistimewakan Hari Kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad Saw.

Al kisah dijaman Khalifah Harun ar Rasyid ada seorang pemuda yang mempunyai kelakuan buruk di kota Bashrah, penduduk kota memandang rendah padanya, karena perilakunya itu. Hanya saja, pemuda ini mempunyai kebiasaan unik; setiap bulan Rabi’ul Awal tiba (bulan Maulid), dia menyambutnya dengan suka cita, membersihkan badan, memakai pakaian yang rapi, mengadakan walimah, dan membaca kisah maulid Nabi Saw. dalam acara itu.

Kebiasaan itu berlansung dalam waktu yang lama. Pada saat pemuda itu wafat penduduk kota mendengar suara dari angkasa; ‘wahai penduduk kota Bashrah datanglah, dan layatlah wali Allah Swt. Sebab dia memiliki kududukan terhormat disisi-Ku. Kemudian penduduk kota melayat, dan menghadiri pemakaman pemuda itu. Pada saat penduduk Bashrah tidur, mereka bermimpi melihat pemuda itu berjalan dengan gagahnya diatas hamparan kain sutra. Pemuda itu ditanya, dengan apa engkau mendapat keutamaan ini? Dia menjawab dengan mengagungkan dan mengistimewakan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad Saw.

Sumber Website Habib Lutfi Bin Yahya

Sabtu, 30 Mei 2009

Gus Mus

Gus Mus Dianugerahi Gelar Doctor Honoris Causa
Yogyakarta - Budayawan sekaligus kiai, KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih dikenal dengan Gus Mus mendapat anugerah gelar doctor honoris causa (HC) di Universitas Islam Negeri (UIN)Sunan Kalijaga Yogyakarta. Gus Mus dianggap layak menerima gelar itu karena kiprahnya di bidang kebudayaan Islam.

Acara pemberian gelar terhadap kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu dilakukan di kampus UIN Sunan Kalijaga di Jl Laksda Adisucipto Yogyakarta, Sabtu (30/5/2009). Acara itu dipimpin langsung Rektor Prof Dr H. Amin Abdullah. Turut hadir dalam acara itu diantaranya budayawan asal Madura D. Zawawi Imron, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan M. Sobari.

Dalam penganugerahan gelar itu, Gus Mus mengambil pidato berjudul 'Mengkaji Ulang Beberapa Konsep Keislaman Sebagai Mukaddimah Reformasi Keberagaman Bagi mengembalikan Keindahan Islam'.

Seusai pidato kepada wartawan, Gus Mus mengaku merasa senang meski sebelumnya sempat menolak gelar tersebut. Dia menolak ketika tim Senat Guru Besar UIN Sunan Kalijaga bertemu untuk menyampaikannya. Tim Senat menjelaskan penganugerahan tidak hanya karena pribadi Gus Mus, namun juga pada ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh Gus Mus. Setelah itu Gus Mus pun berkenan menerima anugerah tersebut.

"Ini pertama kali saya memakai toga, saat di wisuda Kairo saya tidak memakai toga," ungkap Gus Mus.

Menurut dia, orang Islam di Indonesia masih terjebak oleh Fiqih halal dan haram. Namun tidak memahami Islam itu sendiri. Islam di Indonesia lebih ke fiqih.

"Selalu terdengar, halal-haram, rokok haram, facebook haram. Padahal Islam itu perlu tidak hanya halal-haram saja, tapi bagaimana Islam bisa memberi ketentraman kehidupan manusia," kata Gus Mus

Dia mengatakan kalau pendekatan fiqih, itu sangat kaku. Pergaulan antara manusia menjadi tidak akur. Ada persaudaraan, agama kasih sayang sangat diperlukan perlu.

Sementara itu menurut Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Dr Amin Abdullah, Gus Mus sangat pantas untuk mendapatkan anugerah tersebut. Dia memiliki pemikiran, kepribadian dan kehidupan yang sama dengan visi UIN.

Kesamaan itu terletak pada pemikiran bagaimana membuat ajaran agama Islam memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan umat. "Dia membumikan Islam dengan pendekatan budaya. Sehingga nilai-nilai Islam merasuk dan membudaya dalam perilaku masyarakat," pungkas Amin.

Jumat, 29 Mei 2009

lika liku Kehidupan Ini

Kehidupan ini layaknya seekor burung yang berterbangan mencari makan

Sabtu, 23 Mei 2009